Senin, 01 Desember 2008

Kerja paralel dengan bahagia ?????

Jarang sekali ada orang yang bahagia dengan pekerjaannya. Bagi banyak orang, bekerja hanyalah suatu cara untuk tetap hidup. Dan karena jarang sekali ada hal yang membahagiakan dalam pekerjaannya, tidak jarang orang bermimpi alangkah enaknya kalau kita mengerjakan pekerjaan sesuai passion kita, sesuai hobby kita, sesuai kesenangan kita dan tetap menghasilkan uang pula.

Tetapi kalau dipikir-pikir, manusia yang mortal seperti kita ini apakah pernah abadi dalam hal apa pun juga ? Termasuk dalam menyukai sesuatu ? Bagi yang suka melukis, setelah melukis itu menjadi profesi, apakah masih menyenangkan seperti sebelumnya ? Bagi penyanyi yang berawal dari hobby menyanyi, apakah benar menyanyi sampai sekarang masih semenggairahkan dulu ? Bagi yang suka main game, jika suatu hari nanti profesi anda mengharuskan anda bermain game setiap hari, apakah main game masih merupakan hal yang menyenangkan yang ditunggu-tunggu ? Bahkan cinta saja tidak abadi, apakah mungkin ada yang abadi di dunia ini ?

Seorang rekan menceritakan kembali kisah berikut ini :

Dua orang anak, si sulung dan si bungsu, anak seorang yang kaya. Setiap hari mereka bekerja untuk bapaknya. Apakah mereka bahagia dalam pekerjaannya ? Kelihatannya tidak.

Suatu hari si bungsu meminta bapaknya memberikan warisannya karena ia ingin berkelana, si bapak dengan sedih menurutinya. Si bungsu berfoya-foya menghamburkan uangnya hingga habis. Uang tak ada, teman pun lari.

Dalam kelaparan dan kesedihan, ia bekerja di kandang babi, karena kelaparan ia mencoba makan makanan babi. Dengan pilu ia mengingat, bahkan pelayan ayahnya pun hidup lebih layak dari dirinya sekarang. Ia merasa bersalah dan amat sedih.

Maka ia pulang kembali ke bapaknya untuk meminta maaf dan memohon untuk menghamba pada bapaknya. Tak dinyana setiap hari ternyata si bapak menunggu si anak pulang, maka saat ia melihat seorang yang lusuh di kejauhan, si bapak dalam hati tahu anaknya pulang. Ia berlari memeluk anaknya, mencium dan menangis. Si anak begitu terharu merasakan kasih si bapak. Si bapak amat bahagia dan merayakan kepulangan si anak dengan sebuah pesta. Apakah si bungsu bahagia karena pesta itu ? Bukan, tetapi karena si bapak memaafkan dan mengasihinya. Kasih si bapak amat membahagiakannya.

Sedang si sulung ? Ia iri bukan main.

Maka bila esok hari si bungsu dan si sulung bekerja di ladang yang sama kembali, apakah mereka berbahagia ? Adakah senyum di bibir mereka ? Dapat dipastikan si bungsu akan merasa bahagia, karena ia bekerja untuk bapaknya yang mengasihinya. Entah dengan si sulung ...

Mungkin terdengar klise, tetapi yakinlah itulah kunci bahagia dalam bekerja. Sampai mati pun, bekerja apa pun kita, yakinlah batin kita tidak akan pernah berbahagia, bahkan jika kita mengerjakan pekerjaan yang menyenangkan dengan gaji besar. Tetapi pekerjaan semenyebalkan apa pun, jika kamu bekerja bukan untuk dirimu sendiri tetapi untuk Dia yang sudah jauh lebih dulu menyayangi kamu, maka kamu akan berbahagia. Jika anda tidak bisa menangkap hal ini, silakan mencari-cari entah sampai kapan, tetapi yakinlah anda akan terus mencari, karena pencarian itu tidak akan pernah berakhir.


inspired by Chelcent's "the lost son" story
( if you read this, thank you Chelcent for the different way you told this story that day )

Tidak ada komentar: