Senin, 01 Desember 2008

Happy Ending

Belakangan ini kita sering mendengar begitu banyak kesaksian tentang kebahagiaan "jasmani" yang akan kita dapatkan waktu kita mengikut Yesus. Yang menjadi pertanyaan adalah : bagaimana dengan mereka yang tidak mendapatkan semua anugrah itu, apa yang terjadi ? Mengapa mereka dilewatkan dari anugrah itu ? Allah tidak adil ? Atau mereka kurang beriman ?

Kalau kita mencoba meneropong ke masa lalu, pada masa Yesus, bagaimana bentuk anugerah ini diberikan ? Siapa penerimanya ? Ternyata, boleh dicek kalau tidak percaya, jarang sekali para rasul mendapat kemewahan menikmati anugerah jasmani ini.

Hmmmm..... Apakah Yesus adalah sejenis Guru yang kurang perhatian ? Bagaimana dengan masa sesudah Yesus terangkat ke Surga ? Ternyata para Rasul juga jarang atau boleh dikatakan tidak dicatat mengalami berkat Jasmani ini. Yang ada adalah mereka melakukan mujizat untuk orang lain.

Tidak dicatat bisa berarti dua kemungkinan : 1. Tidak pernah terjadi. 2. Terjadi tapi tidak cukup penting untuk dicatat. Apapun itu, ternyata anugrah ini bukan menjadi sentral pemberitaan Injil. Mengapa ? Karena berkat jasmani seperti kesembuhan dan kekayaan itu nilainya jauuuuhhhhh lebih minor dibanding berkat Keselamatan yang begitu mahal dibayar dengan darah Kristus. Kita tidak perlu melirik ke arah sebuah gelang plastik, jika di dekat kita ada gelang emas berlian bukan ?

Seperti pada masa lalu, banyak orang mengharapkan dengan mengikuti Yesus mereka akan memperoleh happy ending dalam kehidupan mereka di dunia (bukan di Surga). Dan Yesus sendiri pernah menegur orang-orang ini juga. Mengapa kita pada masa sekarang ternyata juga mengikuti pola masa lalu ya ? Kita mengharapkan sebuah happy ending, tetapi tidak mau mengalami sebuah konflik dan pergumulan sebelumnya. Padahal, mana ada sih cerita (film atau buku) yang sepanjang cerita tokohnya berbahagia melulu, tidak ada pergumulan apa pun. Justru istilah happy ending diberikan karena dia berada di "end" of something, di akhir acara. Sebelum akhir, sepanjang acara, isinya tidak "happy".

Jadi apakah kita masih mengharapkan the real happy ending di surga ???? Atau kita cukup puas dengan a happy short story di bumi ?


Diinspirasikan dari khotbah Pdt.Sutjipto Subeno GRII Andhika 27 April 2008

Tidak ada komentar: