Senin, 01 Desember 2008

Junk alias sampah

Berapa banyak sampah yang kita tumpuk di dalam diri kita. Berapa banyak sampah yang kita jejalkan ke pikiran kita yang kita peroleh dari film yang kita tonton, dari acara tv, dari lagu yang kita dengar, dari buku, artikel atau tabloid yang kita baca, dari percakapan dan gurauan dengan teman kita, pendeknya dari segala sesuatu yang kita serap tanpa seleksi, tanpa berpikir apakah sisi mulia dari semuanya itu ? Kalau dikatakan otak kita seperti rumah yang tidak pernah membuang apa pun yang sempat singgah di dalamnya, maka jika sampah yang kita masukkan lebih banyak dari emas mulia, maka bukankah akan sulit menemukan emas tersebut dalam timbunan sampah bukan ?

Kalau kita saja bisa jijik tinggal di tempat sampah, apalagi Roh Kudus. Karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus dan tubuh itu sudah dibayar lunas, bukan milik kita yang bisa kita pakai untuk memuaskan kesenangan kita sendiri walaupun pemilik kita yang begitu murah hati sudah memberikan kebebasan mutlak kepada kita. Sudah berapa banyak sampah yang masuk ke tubuh kita, akankah kita masih mau menambahkan sampah-sampah baru ?

Hidup memang cuma satu kali, dan jika hidup itu hanya dipakai untuk keinginan manusia sendiri (padahal manusia tidak pernah jelas apa yang sebenarnya diinginkannya) maka seperti kata Pengkhotbah, semuanya itu adalah kesia-siaan, pada saatnya nanti kita akan menoleh ke belakang dan melihat betapa hidup kita benar-benar kosong. Tetapi manusia yang sudah mendapat anugrah besar dari sang pencipta sudah seyogyanya memakai seluruh tubuhnya untuk kemuliaan Tuhan, mulai dari bangun tidur, bekerja, bersantai hingga saatnya tidur kembali. Terdengar klise, but it is doable. Seperti ada tertulis bahwa segala sesuatu mungkin boleh dilakukan, tetapi tidak semuanya membangun.

Tidak ada komentar: